Apa Kabar Dunia |
Pelukan Penuh Cinta Menghidupkan Sang Bayi Posted: 05 Jul 2013 01:37 AM PDT Tahukah Anda betapa berartinya sebuah pelukan? Aktifitas fisik sederhana yang punya makna dalam, bisa menyalurkan energi penuh cinta dan mengembalikan emosi positif. Bahkan, keajaiban bisa saja terjadi seperti pengalaman Kate Hogg dari Austalia ini. Pada tahun 2010 Kate Hogg masuk rumah sakit bersalin dan melahirkan anak kembar secara prematur, mengingat usia kandungan baru 27 minggu. Bayi perempuan, Emily berhasil selamat namun tidak bagi bayi laki-laki, Jamie. Tim dokter berupaya keras menyelamatkan Jamie, apa daya nyawanya tak tertolong. Bayi lelaki ini pun diserahkan kepada Kate untuk memberi ucapan perpisahan. Kate menangis begitu sedih, ia mengambil Jamie dan membekapnya dengan erat di dadanya. Sambil memeluk, Kate berbicara padanya. Ini haruslah jadi perpisahan yang istimewa, demikian kira-kira pikiran Kate. Setelah beberapa menit, tiba-tiba Jamie bergerak. Betapa bahagianya sang ibu, ia langsung mengambil ASI dengan jarinya dan memberi minum pada sang bayi. Mulut Jamie terbuka menyambut jari Kate dan menjilatinya. Seorang bidan yang sebelumnya dikirim tim dokter untuk menghibur Kate karena kehilangan bayi baru saja datang. Sang bidan pun begitu shock melihat keajaiban ini. Peristiwa ini mengajarkan kita betapa hebatnya cinta, kasih sayang. Ketika berbagai peralatan teknologi kedokteran mutakhir masih harus menyerah, sentuhan seorang ibu justru jadi satu-satunya jawaban. Masihkan kita mendustai cinta? Sumber: timeforlearning | ||||||
Bagaimana Tuna Netra Memanfaatkan Internet? Posted: 05 Jul 2013 12:00 AM PDT Sebagai penyedia informasi, internet sudah dirasakan banyak orang termasuk juga kaum tuna netra. Meski masih banyak kendala, kini mereka pun sudah bisa 'melihat' dunia. Bambang Basuki, pendiri sekaligus Direktur Eksekutif Mita Netra, sebuah yayasan nirlaba yang mengedukasi kaum tuna netra menceritakan cara menjelajah internet bagi penyandang tuna netra. Seperti dimuat oleh viva, kisahnya sungguh menarik dan membantu kita mengerti bahwa siapa pun berhak menikmati pengetahuan dan kemajuan teknologi.
"Yang dulu tidak bisa dilakukan, sekarang jadi bisa," ucap Bambang tentang manfaat internet. "Orang tuna netra kan nggak bisa baca koran, surat. Nah, dengan e-mail jadi bisa baca, dan lebih privat." Bagaimana cara mereka memanfaatkan internet? Ada dua alat bantu agar bisa mengakses komputer yakni: 1. Screen reader Screen reader atau pembaca layar, alat ini berfungsi membacakan semua objek yang ada di layar. Namun, alat ini tergolong mahal, harganya Rp12 juta-an. "Tapi, kami sekarang ada software pembaca layar gratis. Namanya NVDA. Jadi, kami manfaatkan itu," tuturnya.
2. Braile display Cara ini menurutnya tidak begitu fleksibel, kecuali bagi tuna netra yang ingin mendalami pengetahuan yang spesifik, misalnya matematika. Dalam menjelajahi komputer, tuna netra tidak menggunakan mouse, tapi keyboard, sehingga untuk tingkat awal mereka harus kursus khusus. "Soal akses, kami lelah kalau harus bertemu objek grafik. Apalagi, saat baca portal berita, di mana kami harus mengikuti secara detail arahan screen reader, tidak bisa melompat," kata Bambang. Padahal, menurut ketentuan Standard Web Accesibility, portal harus bisa lebih ramah dengan tuna netra. Berkaitan dengan hal itu, pihaknya saat ini sedang memperjuangkan ketersediaan standar Web tersebut. Kisah Mitra Netra Meski menyandang cacat, Bambang boleh dibilang tidak gaptek. Pada tahun 1992, saat Internet belum populer, ia sudah tergerak mengembangkan pendidikan Internet tuna netra. "Saat itu, yang ramai digunakan masih Lotus. Ya, susah sekali, apalagi masih dianggap langka ketika itu," kisah Bambang. Tapi, dengan gigih dan dukungan perkembangan teknologi, upaya pendidikan Internet tuna netra sedikit demi sedikit semakin terbantu.
"Sebenarnya, produk Apple mendukung tuna netra, tapi harga perangkatnya cukup mahal. Sebab itu, kami gunakan perangkat lain, apa saja, ya termasuk Windows," imbuhnya. Berkat kegigihanya, minat belajar komputer dan Internet kian tinggi di kalangan tuna netra. Bambang mengaku, Yayasan Mitra Netra tiap tahun mendidik tuna netra dari usia pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. "Kalau di Jakarta, tiap tahun kami melayani 80-100 tuna netra," katanya. Kini, orang tuna netra hampir bisa melakukan semua aktivitas seperti orang normal, tak terkecuali presentasi menggunakan Powerpoint. Bahkan, beberapa tuna netra didikan lembaga ini ada yang bisa menjalankan bisnis online. "Sangat membantu. Ada yang bisnis penyedia peralatan tuna netra dengan pemesan dari pasar internasional," ungkapnya. Beberapa tuna netra bahkan telah mampu membuat situs khusus untuk tuna netra. Sumber: viva |
You are subscribed to email updates from Apa Kabar Dunia To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |